–
Jakarta, Indonesia – Berdasarkan informasi yang dipaparkan oleh laman Finance detik.com Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sedang melakukan upaya untuk mendorong percepatan implementasi industri 4.0 dalam sektor manufaktur. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing indonesia di pasar global. Meskipun terdapat potensi besar dari kemajuan tersebut, nyatanya masih terdapat berbagai tantangan yang perlu diselesaikan saat ini untuk dapat mencapai keberhasilan tersebut. Beberapa tantangan tersebut diantaranya yaitu seperti kesiapan infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia (SDM), maupun tantangan dalam aspek kesenjangan digital.
Dalam upaya tersebut, sebuah kolaborasi lintas sektoral baik itu tingkat nasional maupun tingkat internasional diperlukan untuk mewujudkan transformasi yang diharapkan. Sehingga, untuk mewujudkannya Kemenperin menjalin sebuah kerjasama bilateral dengan pemerintah korea selatan terkait dengan digitalisasi industri manufaktur di indonesia yang diwakilkan oleh International Economic Affairs Bureau, Ministry of Economy and Finance (MOEF). Kerjasama ini dikukuhkan melalui proses penandatanganan MoA yang dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2025 yang dilakukan oleh Kepala Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan Kebijakan Jasa Industri (POPTIKJI).
Kolaborasi ini dilakukan dengan mengadopsi konsep smart factory yang telah terbukti sukses mengangkat daya saing industri korea selatan. Melalui teknologi canggih dan otomatisasi dari smart factory ini, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas produksi, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan daya saing produk manufaktur indonesia di pasar global. Sehingga melalui kerja sama ini diharapkan sektor manufaktur indonesia dapat meningkatkan daya saing, meningkatkan investasi dalam negeri, dan dapat ikut serta dalam rantai suplai global.
Selengkapnya : Finance detik.com